Jumat, 25 Januari 2013

TUMBUHAN DAERAH LEMBAB


Tumbuhan paku

 .
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan) adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta, memiliki pembuluh kayu dan pembuluh tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000, dengan perkiraan 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Sebagian besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah yang lembab.
Paku-pakuan cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, seperti lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, merayap pada batang pohon atau batuan, di dalam kolam/danau, daerah sekitar kawah vulkanik, serta sela-sela bangunan yang tidak terawat. Meskipun demikian, ketersediaan air yang mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan karena salah satu tahap hidupnya tergantung pada keberadaan air, yaitu sebagai media bergeraknya sel sperma menuju sel telur.
Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara.
Menurut petunjuk-petunjuk paleontologi, banyak yang bersepakat bahwa dari suatu bentuk tumbuhan paku purba terwujudlah tumbuhan berbunga, suatu kelompok tumbuhan yang mendominasi vegetasi masa kini.




Kemunting
















































































Kemunting (Rhodomyrtus tomentosa) adalah tumbuhan berbunga di dalam keluarga Myrtaceae, merupakan tumbuhan asli Asia selatan dan tenggara, dari India, China timur sampai selatan, Hong Kong, Taiwan dan Filipina, dan selatan hingga Malaysia dan Sulawesi. Tumbuhan ini tumbuh di pesisir, hutan rimba alamiah, mintakat riparian, lahan basah, hutan rimba lembab dan basah, pinggiran rawa, hingga tinggi 2400 m permukaan laut [1].
Nama-nama daerah di Indonesia untuk tumbuhan ini antara lain: Karamunting (Bahasa Banjar dan bahasa-bahasa di Kalimantan secara umumnya, termasuk Sabah dan Sarawak), Karamuntiang (Bahasa Minangkabau), Haramonting (Bahasa Batak), Harendong Sabrang (Bahasa Sunda).



DAUN UNGU


Daun ungu (Graptophyllum pictum) atau biasa disebut juga daun wungu adalah tumbuhan obat dari Papua Nugini dan Polinesia yang kemudian menyebar ke Indonesia. Spesies ini memiliki nama daerah sebagai berikut: demung, tulak, wungu (Jw), daun temen-temen, handeuleum (Sd), karotong (Md), temen (Bl), kadi-kadi, kobi-kobi (Tn), dan daun putri (Am).[1]
Daun ungu adalah tumbuhan perdu[2] yang tegak. Tingginya adalah 1,5-8 m.[3] Batangnya termasuk batang berkayu, beruas, permukaannya licin dengan warna ungu kehijauan.[4] Daunnya tunggal, bertangkai pendek, bentuknya bulat,[2] pertulangannya menyirip, permukaan atasnya mengkilap, dan tepinya rata.[4] Bunganya majemuk, keluar di ujung batang, dengan rangkaian tandan yang berwaran keunguan dengan panjang 3-12 cm. Buahnya berbentuk kotak yang lonjong,[2] berwarna ungu kecoklatan. Bijinya bulat dan putih dan berkulit tebal.[2] Akarnya berjenis tunggal dan berwarna coklat muda.[4]

DEDALU


Dedalu atau Gandarusa, willow , adalah sekelompok pohon atau semak yang meskipun berkeluarga memiliki ukuran yang berbeda-beda dengan kebiasaan pertumbuhan yang berbeda-beda pula, namun memiliki kesamaan di bidang-bidang lainnya. Di dalam genus ini terdapat sekitar 350 spesies yang bisa ditemukan di bumi ini, biasanya jenis ini mudah ditemukan di kawasan Bumi Belahan Utara, di tanah yang lembab dan udara yang sejuk. Dedalu mudah membastar, dan telah banyak ditemukan hasil-hasil bastarannya, baik yang terjadi secara alami maupun buatan. Dedalu, Gandarusa, Willows, sallows, dan osiers membentuk genus Salix, sekitar 400 spesies [2] pohon gugur dan semak-semak, ditemukan terutama pada tanah lembab di daerah beriklim dingin dan belahan bumi utara. Sebagian besar spesies dikenal sebagai willow, tetapi beberapa spesies berdaun sempit-semak disebut osier, dan beberapa spesies berdaun lebih luas disebut sebagai pucat (dari sealh Inggris Kuno, berhubungan dengan kata Salix willow Latin). Beberapa pohon-pohon gandarusa (terutama spesies Arktik dan pegunungan) yang rendah atau merayap tumbuh semak-semak, misalnya, kurcaci willow (Salix herbacea) jarang melebihi 6 cm (2 inci) tingginya, meskipun menyebar secara luas di seluruh tanah. Willows sangat silang-subur, dan hibrida banyak terjadi, baik secara alami dan dalam penanaman. Sebuah contoh yang terkenal hias pohon willow (Salix × sepulcralis), yang merupakan hibrida dari Peking willow (Salix babylonica) dari China dan willow putih (Salix alba) dari Eropa.
Willows semua memiliki berlimpah, kulit berair, getah yang sangat dibebankan dengan asam salisilat, lembut, biasanya liat, kayu keras, cabang ramping, dan besar, berserat, sering stoloniferous akar. Akar yang luar biasa untuk ketangguhan mereka, ukuran, dan keuletan untuk hidup, dan akar tumbuh dari bagian mudah dari udara tanaman. Daun biasanya memanjang, tapi mungkin juga putaran ke oval, sering dengan margin bergerigi. Kebanyakan spesies gugur, pohon-pohon gandarusa semievergreen, daun seperti kulit yang langka, misalnya Salix micans dan S. australior di Mediterania timur. Semua tunas yang menyamping, tidak ada tunas terminal benar-benar pernah terbentuk. Tunas yang ditutupi oleh skala tunggal, melampirkan pada dasarnya dua menit, tunas sebaliknya, diatur secara bergantian, dengan dua kecil, sebaliknya, skala-seperti daun. Pasangan ini pertama segera jatuh, dan daun kemudian secara bergantian diatur. Daun yang sederhana, bulu-berurat, dan biasanya linier-lanset. Biasanya mereka bergigi, bulat di dasar, akut atau acuminate. Para petioles daun pendek, sering sangat mencolok stipules, terlihat seperti kecil, daun bulat dan kadang-kadang tetap selama setengah musim panas. Pada beberapa spesies, bagaimanapun, mereka kecil, tidak mencolok, dan sepintas lalu (segera jatuh). Dalam warna, daun menunjukkan berbagai macam sayuran, mulai dari kekuningan ke kebiruan.



TUMBUHAN LUMUT


Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam Bryophytina[rujukan?] (dari bahasa Yunani bryum, "lumut").
Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia[1]. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki "taman lumut" yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar